Monday 28 April 2008

It's the layout.....stupid.

waduh, judul diatas memang terkesan...kasar sekali ya..

tetapi mungkin memang kita perlu 'warning' yang agak keras untuk benar-benar memahami tentang mendesain rumah yang baik. Memang banyak hal yang juga penting bila kita sedang mendesain rumah tinggal kita, tampak bangunan penting, sturktur yang baik juga penting namun dari berbagai hal yang penting-penting tersebut, tetap, layout rumah adalah yang terpenting...mengapa?

Kita harus kembalikan lagi ke tujuan kita membangun rumah, yaitu untuk berfungsi dengan baik sebagai wadah kita beraktifitas sehari-hari, sebuah shelter.

Ibaratnya seperti ini, apa gunanya sebuah mobil mewah yang tidak bisa berfungsi dengan baik?
apa gunanya sepatu mahal yang kesempitan?
apa gunanya televisi besar tanpa sinyal tv/video?

Sebelum kita melanjut membahas/membangun rumah kita, pastikan, layout rumah tinggal kita nantinya, sesuai dengan fungsinya dengan jelas.

Mungkin kita kesulitan untuk 'memaksakan' sang arsitek untuk mengikuti selera kita; mungkin kita sulit untuk meminta pembangunan yang lebih cepat kepada kontraktor kita.

Tetapi bila kita berhadapan dengan layout rumah yang 'aneh' atau dirasa tidak berfungsi semestinya, yang harus kita lakukan sebagai pemilik rumah adalah bersikap "ini rumah saya, dan saya ingin rumah ini berfungsi sebagaimana mustinya".

Bila sang arsitek bersikeras untuk memaksakan kehendaknya. Sudah saatnya anda mencari arsitek lain....

It's the layout stupid.

Tuesday 22 April 2008

Pilih Arsitek yanh sesuai dengan kita...

Saat saya meliput sebuah rumah tinggal yang akan di tampilkan di salah satu TV swasta, saya berkesempatan untuk bertemu dengan sang pemilik rumah. Karena posisi saya sebagai 'orang yang independen', alias tidak ada hubungan dengan sang arsitek maupun yang punya rumah, saya berkesempatan menanyakan satu hal yang cukup penting (buat saya..);

"mengapa ibu memilih arsitek ini? apa dasarnya ibu menggunakan jasanya?"

Jawaban yang diberikan oleh yang punya rumah, sungguh masuk diakal, "saya memilihnya karena ia adalah arsitek yang mau mendengarkan keinginan saya, beberapa arsitek terkesan memaksakan kehendaknya kepada saya"...

Mendengar jawaban tersebut, saya sungguh mengerti apa yang ia maksud. Karena, memang ada teman saya yang menggunakan jasa arsitek yang cukup senior, sang klien pun harus bertemu dirumah sang arsitek (bukan di tempat klien seperti biasanya..) dan yang cukup mengejutkan buat teman saya itu, ketika mereka ada berbeda pendapat, teman saya justru 'diusir' dari rumah arsitek tersebut......sungguh menyebalkan?

and you know what?

Teman saya tetap menggunakan jasa sang arsitek, dan sangat bangga akan hasilnya.

Kedua contoh tersebut adalah sisi yang berbeda. Dimana, kedua tipe klien tersebut, memang sungguh berbeda.

Yang pertama, mengharapkan sang arsitek membantu mewujudkan rumah impiannya..
Yang kedua, mengarapkan sang arsitek dapat mereliasasikan 'karya terbaik' sang arsitek...untuk rumahnya...

Memang pada akhirnya, kita lah yang menentukan arsitek mana yang cocok buat kita. Kedua 'jenis' arsitek, yang memaksakan kehendaknya (agar desain rumah tersebut menjadi baik) dan tipe arsitek yang akomodatif (agar kita yang punya rumah merasa rumah tersebut 'milik' kita) pastinya dapat memberikan hasil desain yang baik...hanya pendekatannya yang berbeda..

Nah, untuk anda, arsitek mana yang cocok untuk rumah anda nantinya?

Sunday 20 April 2008

Sesuaikan Asesoris Rumah kita...


















Minggu lalu saya mendapat kesempatan untuk tampil di acara TV (one - home and living - sabtu) sebagai desainer tamu yang memberikan komentar/masukan kepada karya arsitek yang di tampilkan pada acara tersebut...

Secara garis besar saya tidak melihat adanya 'kritik' dari rumah tersebut, karena memang sudah dianggap baik. Namun saya menemukan hal yang 'tipikal' terjadi di rumah tersebut (dan juga di proyek2 saya), yaitu..

Problem dimana sang pemilik, masih mempunyai barang2 yang ia miliki dari rumah sebelumnya, biasanya berupa furnitur dan asesoris. Masalahnya adalah, sering kali furnitur dan asesoris (asbak, vas, pajangan, etc) tersebut tidak sesuai lagi dengan tema rumah baru tersebut..

Memang beberapa barang lama itu mempunyai 'nilai' sendiri, mungkin berupa hadiah dari orang yang penting, atau barang yang dulu kita beli mahal sekali namun sulit dijual dengan harga yang baik...atau sekadar bukan habit kita membuang barang tersebut..

Salah satu pemecahannya adalah;

Diskusikan dengan interior desainer kita, apa-apa saja barang yang akan tetap digunakan dirumah baru tersebut, nanti sang desainer akan memberikan masukan; apakah diposisikan secara khusus (area lain), atau di combine dengan asesoris baru agar lebih selaras.

Cara lain yang lebih ekstrim? karena kita memang ingin tampil baru, carilah asesoris yang sesuai dengan tema rumah kita, toh semahal2nya asesoris itu, tetap lebih penting nilai rumah secara keseluruhan bukan?

Foto: Milan Furniture Fair 2008

Wednesday 16 April 2008

Simplicity Wins...(.Rumah Cutbray?)















Kita selalu ingin rumah kita tampil fantastik...keren..luar biasa..dan tentu trendy.

Bila kita cermati perilaku kultur yang trendy pada masa lalu; celana jeans - 70's 'cut-bray', 80's baggy, 90's 'holes'...terlihat pattern bahwa yang trendy, memang keren sekali....pada masa itu saja. Sementara, yang tetap bertahan, selalu yang classic cut...Levi's 501 misalnya.

Pada masa orang2 disekitar kita, para artis, foto model menggunakan fashion masa kini, celana jeans '501' bukanlah bagian dari trend pada saat itu, namun juga bukanlah desain celana yang 'norak'...desain yang bertahan disebut..classic.

Lalu bagaiman dengan rumah kita? apakan rumah kita termasuk golongan trendy seperti Cutbray? apakah lebih ke "normal"2 saja?..

Rumah yang di desain dengan prinsip simplicity, wins overtime...


Foto: Rumah Ludwig Mies van der Rohe