Friday 27 February 2009

Rumah Mewah (superhouse) bukanlah Rumah "boros"




















Betul, memang beberapa diantara klien saya menginginkan sebuah desain rumah yang budgetnya 'bikin orang sakit perut' mendengarnya.

Namun, saya merasakan adanya 'myth' seakan-akan proyek 'superhouse' tersebut adalah proyek 'buang-buang' uang saja, tidak 'manusiawi' atau memperlebar jurang sosial.

Ditulisan ini jelas saya ingin menghindari soal perdebatan sosial, karena memang bukan 'kompentensi' saya dibidang itu.

Yang ingin saya sampaikan adalah, terdapat perbedaan 'mindset' yang besar tentang 'kemana larinya budget sebesar itu'. Sebuah superhouse dirancang untuk membuat rumah tinggal, dengan kualitas bahan dan desain yang terbaik, dengan perancanaan yang sangat matang dan komprehensif, dibuat dengan kekuatan dan teknologi yang terkini. Rumah tersebut, memang 'mahal' secara kualitas. Biaya yang dikeluarkan, disebabkan faktor-faktor tersebut, bukan 'asal mahal' saja.

Ilustrasi yang paling sederhana adalah, bila kita tengok mobil Rolls Royce, kenapa harganya sebegitu mahal "padahal sama-sama roda 4", karena sang pecipta kendaraan tersebut, membutuhkan tenaga dan material terbaik untuk menghasilkan mobil yang terbaik tersebut. Biaya yang kita keluarkan, bisa saja saya setarakan seperti mobil kelas "kijang" yang kita 'permak' dengan menggunakan banyak 'bling'. Pada roda kita gunakan bahan titanium dengan lapisan mutiara, kemudi dengan hiasan batu berlian, body mobil kita 'cat' dengan menggunakan emas, dsb. mobil "kijang" tersebut, bisa2 menyerupai harga sebuah Rolls Royce.

Mobil 'Kijang-berlian' tadi, itu dapat kita sebut sebagai "rumah boros".
Sementara, sang Rolls Royce adalah "superhouse".

Membuat 'Rumah Boros' adalah langkah yang mudah, pasang dan tempel segala sesuatu yang mahal.

Membuat 'Superhome" adalah langkah yang sangat rumit dan kompleks, bukan bertujuan untuk menciptakan karya yang "mahal", namun bertujuan untuk membuat rumah yang "sempurna".

Iphone diatas adalah "Handphone Boros". (dan lebih mahal dari Rolls Royce)

Wednesday 18 February 2009

Gucci dan Louis Vuitton
















*This is an old news, buat para pencinta 'branded stuff'. 

DVD tentang Marc Jacobs dan LV, sudah 'lama' saya miliki, namun, baru saja malam ini saya sempatkan melihatnya...

**Yang saya ingin sampaikan disini, adalah, bila kita setuju bahwa 'sentuhan' bakat desainer membuat 'benda' biasa menjadi luar biasa, maka, pilihlah arsitek atau desainer interior yang 'spesial'.

LV sudah jauh lama terkenal seantero dunia, begitu juga dengan Gucci. "perkenalan" saya dengan LV adalah ketika melihat teman saya, waktu itu kita masih di bangku SD, menggunakan dompet yang 'tidak' biasa seperti dompet-dompet lainnya. Saat pertama saya melihat dompet LV itu, masih teringat kental dikepala saya saat ini..sekitar 30 tahun kemudian.

Gucci? jelas sudah meraja lela di Indonesia sejak lama..tidak akan ada yang lupa garis hijau-merah-hijau, sebagai trademark merek tersebut (selain 'double Gs tentunya)...

Masih ingat Charles Jourdan? dulu rasanya hampir setiap orang harus punya tas dengan tekstur khususnya itu (kayaknya ada teman saya yang masih pakai sampai sekarang...amazing)..

Saya bukan pemakai merek-merek tersebut, dan tidak pernah berencana untuk memilikinya (beberapa kali ke toko, tapi gak pernah merasa 'berani' untuk memakainya, love to see, but feels to fancy to wear).

Kita juga pernah tahu, merek2 tersebut pernah hilang...atau, well, basi, boring.

Namun -kembali saya ingatkan saya bukan 'pemakai'-beberapa tahun terakhir ini (tahun 2000an) terasa sekali 'comeback'nya merek2 tersebut. LV menjadi sensasional dengan "grafitti", Gucci tiba2 menjadi "in" kembali...dan Dior, juga dengan Channel, juga 'ikut'2an tampil "beda".

Mereka tidak pernah hilang, hanya saja, 'darah baru' lah yang membuat merek yang sudah sangat establish tersebut menjadi "hip" kembali. Kenapa?

Well, thanks to orang2 seperti Tom Ford dan Marc Jacobs.
 
Intinya adalah, bahkan untuk brand yang sudah establish, kehadiran "desainer spesial" bisa membawa brand tersebut menuju tingkat yang lebih tinggi.

Lalu, apa hubungannya dengan rumah tinggal?

Kita lah pemilik LV, Gucci, Dior.   Meng-hire desainer spesial, bukanlah persoalan yang mudah, mereka itu 'mahal', ingin diperlakukan spesial, ngomong sembarangan...dsb. Tetapi itulah jalan yang harus kita tempuh, agar "benda" kita menjadi spesial.

Keyword, special designer creates special object(s).

Ingin rumah kita spesial? percayakan kepada 'mereka' bila tidak, nasib kita akan seperti..Charles Jourdan.


Saturday 14 February 2009

Tamu Arsitek Kita : Dedy Rusli


Review oleh Raul Renanda

 

Rumah ini direncanakan untuk dibangun di tanah dengan luas 500 meter persegi, dengan fungsi 3 kamar tidur dalam 2 lantai. Lantai dasar dibuat suasana terbuka dengan fungsi aktifitas sehari-hari, seperti ruang keluarga, ruang makan, dapur dan ruang tamu. Area service seperti ruang jemur, cuci dan kamar pembantu dibuat terpisah agar privasi pemilik tetap terjaga, sementara di lantai 2 difokuskan untuk menjadi area kamar tidur, untuk 2 orang anak, dan 1 kamar tidur utama. Juga terdapat ruang belajar yang dekat dengan area terbuka yang juga menjadi area tangga utama.

Dedy Rusli, sang arsitek, mengimpikan sebuah rumah yang simpel dan sederhana, memiliki ruang yang dapat dipergunakan disetiap sudutnya. Ia ingin rumah tersebut terasa sangat terbuka, namun tetap terjaga privasinya, hal ini yang menyebabkan taman berada didalam dinding pembatas yang tinggi, sehingga dari arah luar, rumah ini terkesan tertutup namun tidak arogan.

Gaya arsiktektur yang Dedy usung dapat dikatagorikan sebagai desain rumah modern, namun bila dipadukan dengan material-material alami, maka rumah ini pun tidak akan terkesan kaku, apalagi bila nantinya, sang pemilik rumah menggabungkan elemen lansekap yang lebih rindang dan tropikal.

Pada saat ini, orang tidak lagi takut untuk menggunakan desain rumah dengan atap datar, karena, dengan trik tertentu, rumah dengan atap datar tidak selalu berarti rumah yang panas dan mudah bocor. Bahkan dengan menggunakan atap yang datar, pemilik pun sebenarnya, masih dapat menggunakan area atap untuk kegiatan ‘outdoor’ yang dapat dilakukan dimalam hari, untuk digunakan sebagai roof garden untuk acara-acara sosial.

Hal yang terpenting dari mendesain rumah bergaya moderen adalah kesan ringan harus sangat terasa, hidari elemen arsitektural yang terkesan berat dan kokoh. Material dapat dicampur antara material alami dan metal. Struktur dari baja sangat dianjur, untuk memberikan kesan ringan tersebut. Bila masih terasa berat, beberapa elemen ornamental dari kayu dapat digunakan dibagian dinding, terutama di area yang tidak terkena hujan. 


*****

Dedy adalah sarjana arsitek lulusan Universitas Katolik Parahyangan 15 tahun yang lalu, dengan modal pendidikan lokal ia mampu menjadi Associate Architect di konsultan arsitektur Barker Rinker Seacat Architecture di kota Denver di Amerika Serikat. Dedy sudah 10 tahun tinggal dikota tersebut. Sebelumnya ia bekerja di Jakarta, di PT. Atelier 6 Jakarta sejak ia lulus.

Thursday 12 February 2009

Pada akhirnya, Ini rumah kita juga....

Kembali saya mencoba menganalogikan antara profesi Dokter dengan Desainer rumah tinggal.

Terkadang kita terkejut bila sang Dokter menyarankan menggunakan obat tertentu yang mahal, atau cek laboratorium yang heboh, tentu kembali dengan biaya yang tinggi. Apalagi dengan 'tren' rumah sakit kelas atas yang memang di posisikan sebagai rumah sakit dengan peralatan canggih sekali. Bisa saja, kita berpikir beberapa kali sebelum 'meng-iya-kan' saran tersebut.

"apakah memang diperlukan obat/test tersebut? jangan-jangan ini hanya akal-akalan pihak rumah sakit untuk meraih untung"

Pasien yang berpikir seperti itu, tidak dapat disalahkan, karena memang banyak cerita, yang belum tentu benar juga, tentang 'praktek-praktek' seperti itu. Diseluruh dunia, cerita itu selalu aja ada. 

Tetapi disisi lain, pasien juga kebingungan, bila saya tidak menuruti saran tersebut, apa yang akan terjadi? apakah saya dapat bertambah sakit? atau apakah saya akan sulit sembuh?

Ujung-ujungnya, masalah kepercayaan.

***

Bila sang arsitek atau interior desainer mengusulkan hal yang hampir serupa, material yang mahal, furniture yang 'aneh', jasa konsultan tambahan yang 'gak umum', pasti ada pertanyaan di diri kita, apakah ini cuman akal-akalan mereka saja agar dapat uang tambahan?

Kembali lagi, ujung-ujungnya, adalah masalah kepercayaan. Disisi lain, kita toh tidak mempunyai kewajiban apapun untuk menurutinya. Tinggal masalahnya, harus berani memutuskan, percaya akan rekomendasinya, atau tidak.

Karena, pada akhirnya, itu rumah kita juga.

Seperti anjuran dokter, pada akhirnya, itu tubuh kita juga.

Seperti tawaran orang salon, untuk memakai shampoo tertentu, pada akhirnya, itu rambut kita juga.

Dokter, Hair Dresser, Montir dan Arsitek, hanya dapat memberikan anjuran saja. Kita sebagai pemilik rumahlah yang menentukan, menuruti atau tidak.

Wednesday 4 February 2009




















Bila kita ingin bertemu dengan 'calon arsitek' rumah kita, pastikan, bahwa kita akan mempercayakan sepenuhnya kepada sang arsitek, atau kita ingin lebih 'mengontrol' desain rumah tersebut.

Kekeliruan persepsi ini sering terjadi, ada kala kita kecewa karena 'si arsitek keras kepala', tidak mau mengikuti keinginan kita, atau juga terjadi sebaliknya, kita merasa 'si arsitek tidak punya ide', alias selalu menunggu apa maunya kita...

Dua 'jenis' arsitek ini ada. Jangan salah pilih.

;-)




Sunday 1 February 2009

Just Like Buying Porn Movie....

(Liat videonya disini - matiin musiknya ya..)

Hari ini saya melihat acara favorit saya, Top Gear (www.topgear.com), yang sedang membahas mobil "paling cantik yang pernah dibuat , Alfa Romeo C8

Saya tidak akan bercerita tentang mobilnya, karena tentu kita sedang berbicara tentang desain rumah tinggal, namun ada persamaan diantara keduanya, kita bicara DESAIN.

Jezza (pembawa acara), menceritakan beberapa kekurangan dari mobil ini....yang menurutnya tidak akan pernah menjadi masalah.

Segala kekurangan dari sebuah karya desain, baik dari segi logik seperti fungsi, perawatan, kekuatan dsb, tidak menjadi masalah, bila hati kita sudah 'yangkut'.

Buat Jezza, memikirkan kekurangan mobil Alfa Romeo ini, seperti..

"buying a porn movie, for its plot"

Sebuah desain, termasuk desain rumah tinggal kita, harus berbicara ke hati kita, bukan ke kepala kita. Sebuah rumah yang mengikuti 100% aturan logika, adalah, penjara.

Atau untuk saya, bila kita mengiginkan 'sesuatu' dalam hidup kita, walau hal tersebut melawan semua logika...

That's Love. Design = Love.