Sunday, 23 November 2008

Input!! Online - Media untuk arsitektur/Interior/Desain untuk Rumah Tinggal

Pada akhir2 ini beberapa tawaran menarik datang kepada saya untuk terlibat di hal 'tulis menulis'. Salah satunya berhubungan dengan "Online Magazine". Sementara ini kami masih menggodok konten yang baik. Tetapi saya sendiri, lebih ingin memberikan kepada 'pembaca' yang mereka butuhkan, ketimbang, apa yang ingin saya sampaikan.

Bila anda membaca tulisan ini dan tertarik untuk memberikan input, seperti apa kira2 kontendari online media ini, please email ke 'desainrenanda@yahoo.com', email tersebut bersifat pasif ya, jadi saya tidak aktif menjawab. Bila ada yang ingin 'berbicang2' dengan saya, bisa melalui 'form contact' yang ada di web saya, www.renanda.com, atau chat langsung di raulrenanda@yahoo.com (messenger).

Note: untuk pembaca yang penasaran "kok buku 'untuk arsitek' tidak keluar2 juga", saya infokan bahwa saya masih menunggu timing yang tepat untuk mengeluarkannya. Sementara saya sudah akan mulai menulis buat 'volume ke2'.

Cheers,

Raul Renanda

Saturday, 22 November 2008

Handsome vs. Sleek




















Ditulisan saya sebelumnya saya pernah menyinggung tentang desain rumah kita haruslah ada kesan sleek nya, karena memang itu yang menurut saya, kurang dirasakan dalam desain yang ada di negri ini. Sleekness (?)

Barusan saya menonton film Elizabeth:Golden Age, sequel dari Elizabeth.  Walau tidak sebagus yang pertama menurut saya, namun, dari segi produksi, sangat menawan.

Seperti biasanya, bila filmnya menarik, saya langsung liat ke IMDB, untuk cek info tentang film itu, dan baca beberapa review. Ada satu hal yang bagus yang diutarakan oleh si pe-review. Handsome production.

Handsome. bukan cool, bukan great, bukan stylish, bukan grand...tapi Handsome.

Saya tersentak, dan langsung berpikir, memang ada benarnya. Sebuah desain yang baik, bisa Sleek (feminin?) bisa juga Handsome (maskulin?)

Sleek = Ferrari, Handsome = Porsche.

Saya rasa, kata2 'sleek' bila berhubungan dengan desain, dapat berarti, emosional, passionate, adventure, namun juga tidak arogan, dominan...

Sementara Handsome bisa digambarkan, terukur, hati2, intelektual, presisi...

Nah, mungkin desain kita, bisa diartikan "sleek", atau "handsome"?

;-)


Wednesday, 19 November 2008

Waktu Vs. Quality

















Kita tentu sudah terbiasa makan fast food. McD, KFC, dsb. Penyajian cepat dan berkualitas.

Mungkin hampir semua yang kita perlukan, selalu dengan motto, cepat dan berkualitas tadi, sehingga, sungguh sulit buat kita menerima sesuatu yang harus berjalan dengan 'lambat'.

"cepat" atau "lambat" sebenarnya hanyalah sebuah persepsi, mobil saya bisa berkecepatan 170 km bila di push dengan beraninya, cepat sekali, di tol, rasanya mobil2 lain seperti tidak bergerak...

tapi kecepatan yang sangat cepat itu, tidak ada artinya di sirkuit (misalnya) atau diadu dengan sportscar mewah, justru mereka yang akan merasa, mobil saya, 'tidak bergerak'.

Jadi, cepat atau lambat relatif kepada apa yang kita bandingkan. Begitu juga dengan kualitas tentunya. Well, terlepas dari cerita mengenai 'speed', sebenarnya ada hubungannya dengan proyek rumah tinggal kita.

Kita semua mengharapkan rumah kita pun pembangunannya berjalan dengan cepat dan hasilnya berkualitas. Tetapi, sayangnya, rumah kita, bukanlah produk massal.

Rumah yang kita bagun, adalah custom house, atau didisain khusus dan unik "hanya untuk kita". Nah bayangkan bila kita pergi ke McD, dan memesan makanan yang "hanya untuk kita", well, apabila mereka pun mau, pasti lebih lama, karena tidak begitu saja tersedia.

Nah, bila kita di hadapkan kepada pilihan WAKTU vs. KUALITAS, untuk proyek rumah kita, sayangnya, kita harus mementingkan kualitas.

Bila kita baru hendak membangun rumah, saya yakin, kita dengan mantap mejawab, kualitas pasti penting. Namun, biasanya, isu ini baru muncul justru pada momen2 terakhir masa pembangunan. Dimana, pada saat finishing, atau yang berhubungan dengan elemen dekoratif, justru akan berada di fase belakang dan memakan waktu yang lama, karena, pekerjaannya lebih hati2.

Bila proyek kita sudah berjalan 1 tahun, 2 tahun..atau sampai 3 tahun untuk rumah super besar, pertanyaanya, apakah kita masih sanggup menunggunya? perlu berapa lama lagi rumah ini barus selesai.

Itu tantangannya.

Ingat, selama-lamanya, semolor-molornya, proyek rumah tinggal kita, tidak akan pernah lebih lama dari pada waktu kita menempatinya. Rata2 proyek rumah berjalan sekitar 1 - 1.5 tahun...dan seperti yang saya ungkapkan untuk rumah mewah, 1.5-2 tahunan...sementara, kita paling cepat, tinggal didalam rumah tersebut, 5-10 tahun, bahkan untuk rumah besar, biasanya kita sudah akan rencanakan untuk 'mewarisinya' ke anak2 kita.

Lalu, apa artinya, kita berhati2 dalam finishing rumah kita, agar kualitas pekerjaan menjadi sempurna?  Se 'lambat2nya' pekerjaan desain yang berhati2..tidak akan merugikan kita...

Jadi, kualitas, sebenarnya, adalah hal yang paling penting, walau kita terpaksa mengorbankan waktu....

* lambat disini dimaksud pekerjaan yang berhati2 yang tidak dapat di 'buru'2, bukan keterlambatan karena kesalahan manajemen proyek. (foto dari sini)


Sunday, 16 November 2008

Pemilik Proyek dan Desainer













Pemilik Proyek:

"Saya membutuhkan seorang arsitek dan interior desainer untuk rumah impian saya. Saya bersusah payah menabung dan mencicil rumah ini sampai bertahun-tahun kedepan. Saya ingin anak dan pasangan saya menikmati rumah ini, aman didalamnya, berfungsi semestinya, dan menjadi kebanggaan kita kepada orang disekitar kita. Rumah ini adalah bagian dari kehidupan saya. Saya berharap mendapatkan seorang desainer yang dapat mewujudkan impian saya ini"

Desainer:

"Saya menginginkan seorang klien yang dapat mewujudkan desain dan imajinasi saya. Saya berhadap proyek ini dapat menjadi masterpiece saya, dimana teman-teman sesama profesi mengaguminya, dan media mengangkat karya saya menjadi karya yang terbaik dan populer. Saya belajar dan bekerja bertahun-tahun dengan imbalan yang sederhana agar suatu saat dapat menghasilkan sebuah karya yang dapat dibanggakan, dan memberi inspirasi kepada desainer muda, karya ini adalah sebagai hasil buah pemikiran dan karakter saya sebagai desainer"

(foto dari sini)


Monday, 10 November 2008

Kontraktor = Tenaga Ahli




















Bila kita sedang mencari kontraktor untuk proyek rumah tinggal kita, kita biasanya mencari beberapa kontraktor untuk melakukan pengajuan biaya pembangunan. Dan dari biaya tersebut, kita mencari (biasanya) yang termurah. 

Pertanyaanya, apakah murah berarti lebih baik?

Bila memang harga yang menjadi patokan, lalu, bagaimana prestasi kontraktor berpengalaman dan handal dapat diakui? Apakah bila ia lebih handal berarti besar kemungkinan mendapatkan proyek besar? apakah proyek kecil, berarti bukan proyek murah?

Memang pada dasarnya kontraktor harus memberikan prakiraan biaya pembangunan dan waktu pelaksanaannya. Tetapi, mereka juga mempunyai "harga" sesuai dengan kualitasnya. Karena, apapun jenis bisnisnya, makin baik kualitasnya, bisa dikatakan makin tinggi harganya, atau memerlukan volume yang banyak, agar mendapatkan harga yang bersaing...

Poin dari tulisan ini adalah, hati-hati dalam menilai perhitungan  sang kontraktor...murah tidak selalu berarti lebih baik, dan mahal pun, tentu kita tahu, harus ada 'dasar'nya.

Sayangnya, kontraktor yang berpengalaman dengan tukang yang baik, terkadang sulit untuk mengatakan kepada kita, "team saya bagus dan berkualitas, mereka saya bayar lebih tinggi dari tukang biasa". atau juga berkata "keahlian kontraktor nanti akan terlihat, dalam mengatasi sebuah masalah, dan kemampuan finansial, bila anda 'telat' membayarnya"...

Dan untuk saya, seorang desainer, kontraktor yang baik adalah: mereka yang dapat mewujudkan keinginan saya. Yang berarti, mewujudkan keinginan klien.

Tanpa kontraktor yang handal, desain sehebat apapun, akan kacau. Bahkan untuk arsitek kelas dunia pun, kerap dipusingkan oleh kontraktor.

Bila kita sangat tergantung kepada mereka, maka, wajar, bila kontraktor yang handal...ada 'harga' nya.

Lebih Cantik Dari Asli nya....




















Sejujurnya, kita benar-benar menjadi korban fotografi, mulai dari ketertarikan kepada kebendaan, seperti Mobil, Jam Tangan, Tas, Perhiasan, Baju dsb...sampai dengan Pria/Wanita ideal, alias foto model, artist...

Begitu juga dengan desain rumah dan interior, bagaimana pun, patokan kita adalah gambar/foto yang ada di majalah dan juga televisi.

Bila kita mengharapkan rumah kita seperti yang ada di majalah, maka, dalam menilainya harus juga dalam bentuk foto juga. Fotografi tidak berbohong, namun, foto memberikan informasi keindahan yang tidak bisa semua orang rasakan.

Saya termasuk orang yang beruntung bisa melihat langsung beberapa karya arsitek yang spektakular dalam bentuk aslinya, apakah seperti yang sebelumnya saya lihat di majalah? jawabannnya tidak.  Maka, begitu juga nantinya dengan rumah tinggal kita, tidak akan sama seperti dengan yang kita harapkan dengan membayangkan gambar-gambar di majalah...

Jadi, apakah yang asli lebih jelek daripada di majalah? tidak juga. Karena benda yang 'asli' memberikan informasi keindahan yang justru foto tidak bisa memberikannya...jadi akan ada perbedaan diantara keduanya.

Seorang foto model jelas terlihat ganteng/cantik dimajalah, dan tidak akan seperti aslinya. Yang asli, walau tidak se'bagus' di foto, dengan karakter yang kuat, atau personality yang mempesona, justru bisa memberikan kita efek yang sama, atau bahkan lebih dari yang kita bayangkan sebelumnya. Namun, juga ada foto model yang sebenarnya, justru memang, boring.

Intinya adalah, kita harus kembalikan ke persepsi kita.

Bila proyek rumah kita sudah selesai dan kita merasa 'kecewa', cobalah panggil fotografer yang profesional untuk mengabadikannya...anda pasti akan tidak percaya, bahwa hasilnya, lebih cantik daripada aslinya....

(foto diatas Lolo, my dog...keliatan lebih gagah dari pada aslinya..)