Thursday 12 February 2009

Pada akhirnya, Ini rumah kita juga....

Kembali saya mencoba menganalogikan antara profesi Dokter dengan Desainer rumah tinggal.

Terkadang kita terkejut bila sang Dokter menyarankan menggunakan obat tertentu yang mahal, atau cek laboratorium yang heboh, tentu kembali dengan biaya yang tinggi. Apalagi dengan 'tren' rumah sakit kelas atas yang memang di posisikan sebagai rumah sakit dengan peralatan canggih sekali. Bisa saja, kita berpikir beberapa kali sebelum 'meng-iya-kan' saran tersebut.

"apakah memang diperlukan obat/test tersebut? jangan-jangan ini hanya akal-akalan pihak rumah sakit untuk meraih untung"

Pasien yang berpikir seperti itu, tidak dapat disalahkan, karena memang banyak cerita, yang belum tentu benar juga, tentang 'praktek-praktek' seperti itu. Diseluruh dunia, cerita itu selalu aja ada. 

Tetapi disisi lain, pasien juga kebingungan, bila saya tidak menuruti saran tersebut, apa yang akan terjadi? apakah saya dapat bertambah sakit? atau apakah saya akan sulit sembuh?

Ujung-ujungnya, masalah kepercayaan.

***

Bila sang arsitek atau interior desainer mengusulkan hal yang hampir serupa, material yang mahal, furniture yang 'aneh', jasa konsultan tambahan yang 'gak umum', pasti ada pertanyaan di diri kita, apakah ini cuman akal-akalan mereka saja agar dapat uang tambahan?

Kembali lagi, ujung-ujungnya, adalah masalah kepercayaan. Disisi lain, kita toh tidak mempunyai kewajiban apapun untuk menurutinya. Tinggal masalahnya, harus berani memutuskan, percaya akan rekomendasinya, atau tidak.

Karena, pada akhirnya, itu rumah kita juga.

Seperti anjuran dokter, pada akhirnya, itu tubuh kita juga.

Seperti tawaran orang salon, untuk memakai shampoo tertentu, pada akhirnya, itu rambut kita juga.

Dokter, Hair Dresser, Montir dan Arsitek, hanya dapat memberikan anjuran saja. Kita sebagai pemilik rumahlah yang menentukan, menuruti atau tidak.