Wednesday 27 February 2008

Mencoba memahami 'fee' kontraktor...















image info

Sering kali saya berbicara dengan klien mengenai pemilihan kontraktor untuk membangun rumah tinggal mereka. Hampir semua klien fokus kepada pengajuan biaya, rulesnya 'jelas' yang paling murah, itu yang baik. Dan bila 'mahal' artinya tidak baik. Walau tetap ada perhatian ke 'proyek yang dikerjakan sebelumnya', pada akhirnya pengajuan biaya final lah yang menentukan.

Hal ini jelas wajar, mengapa? karena berbeda dengan fee para desainer yang 'hanya' sekian persen dari sebuah proyek, membayar kontraktor secara harfiah berarti 'membayar rumah itu sendiri'(tentu kita mengupayakan se-murah mungkin)...

Ada hal yang sering menghantui para klien, apakah saya membayar dengan benar? apakah saya di'tipu'nya?

Hal ini tidak lah mengherankan, mengapa? karena memang prinsip 'hidden cost' sudah menjadi hal yang lumrah dalam cara sang kontraktor mengajukan biaya pembangunan tersebut.

Namun, sebenarnya, hidden cost itu seharusnya tidak perlu ditutupi , bila komunikasi oleh kontraktor cukup jelas, karena didalam fee tersebut sebenarnya terdapat:

- Biaya tidak terduga, yaitu bila suatu saat harga material tiba-tiba naik, atau langka
- Biaya tenaga ahli khusus, tukang juga ada 'kelas'nya, semakin ahli, semakin tinggi biayanya
- Faktor kesalahan pekerjaan dilapangan
- Faktor mundurnya proses pelaksanaan/penundaan di lapangan

Sebenarnya, bila di'buka' lebih jelas, yang pada satu sisi justru mengambil jalur yang lebih beresiko, pada satu sisi lain justru memberikan ketenangan dan hubungan yang baik, terutama bila terdapat hal-hal yang ada diluar dugaan.

Bila kita sebagai klien, mengharapkan resiko yang buruk nanti akan ditanggung oleh sang kontraktor, seperti kesalahan pekerjaan, biaya material naik, dan penundaan pekerjaan dan pembayaran dari kita, secara fair, kita pun harus memahami bila mereka justru mendapatkan keuntungan yang besar, bila proyek berjalan dengan baik dan efisien. Disitulah letak kegunaan 'hidden cost'/profit dari sang kontraktor...

Saya sendiri, sebagai desainer, memang urusan biaya pembangunan lebih ditekankan kepada klien-kontraktor. Sementara dari 'pihak' desainer, lebih fokus kepada keahlian dan pengalaman sang kontraktor itu sendiri.

Banyak proyek yang tidak sukses, justru terletak kepada karena kontraktor yang tidak handal. Kesalahan desain pada fase perencanaan, dapat diatasi dengan pembetulan gambar, namun kesalahan yang terjadi pada masa konstruksi, memakan biaya yang luar biasa besar.

Pada intinya, justru letak kemampuan manajerial dan pengetahuan keteknikan yang handal, adalah kunci memilih kontraktor yang baik untuk rumah tinggal kita.